Jumat, 06 Februari 2015

UNESCO: Apa Jadinya Dunia di Tahun 2050?




"Apa jadinya dunia di tahun 2050? Apakah kualitas hidup manusia semakin baik? apakah kian memburuk?"
Kalimat tersebut membuka sesi pertama NTC-SBM Technopreunership Forum 2014 bertajuk Driving Sustainable Economic Growth: Science, Innovation, and Business di Ballroom JS Luwansa Hotel, Jakarta, Rabu (26/12/2014).
Menurut Prof Hubert Gijzen, Direktur UNESCO Jakarta, dunia tengah mengalami ketidakseimbangan antarmanusia. Ketidakseimbangan tersebut terwujud dalam berbagai sendi kehidupan manusia, seperti masalah kesenjangan sosial. Profesor ahli bioteknologi lingkungan ini menyebut 1% orang kaya memiliki 40% aset global.
"Sedangkan 50% orang miskin hanya memiliki 1% dari kekayaan global," ungkap Hubert.
Ketidakseimbangan juga terjadi dalam sektor kesehatan dan makanan. Menurutnya, industri kesehatan global meskipun telah menjawab banyak penyakit, namun sayangnya jutaan mansuia harus meninggal dunia lantaran mengidap penyakit yang sebetulnya dapat disembuhkan.
"Keseimbangan juga terjadi antara manusia dan bumi, di mana setiap tahunnya konsentrasi karbondioksida dan nitrogen terus meningkat."
"Jika tahun 1813 emisi CO2 memakan 1,8 miliar ton, tahun 2013 lalu naik 20 kali lipat menjadi 36 miliar ton," tambah Hubert.
Hubert melanjutkan, UNESCO tengah menyoroti 10 tantangan global di masa depan yang dibagi ke dalam dua kategori, yakni yang dapat dihindari dan yang tidak dapat dihindari. Untuk kategori pertama, tantangan global terdiri atas kemiskinan, pertumbuhan populasi dan urbanisasi, kesehatan makanan dan produksi yang berkelanjutan, serta persebaran penyakit lama maupun baru.
Sedangkan untuk kategori yang tidak dapat dihindari, tantangan mencakup polusi udara, ketersediaan energi, bencana alam, air dan sumber daya alam, perubahan iklim, serta kedamaian dan keamanan.
"Untuk itulah tugas UNESCO adalah melakukan edukasi untuk masa depan yang berkelanjutan, menerapkan ilmu peengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan sumber-sumber energi baru, serta membangun pengetahuan masyarakat," jelas Hubert.
Dengan 9 miliar populasi yang akan tercipta di tahun 2050, UNESCO memiliki visi bagaimana manusia dapat hidup sejahtera dengan ketersediaan sumber daya yang kian menipis. UNESCO pun memfokuskan diri pada 3 sektor, yaitu makanan, air, dan eenergi.
Untuk sektor makanan, UNESCO merencanakan peningkatan lahan pertanian dan status gizi manusia, serta pengurangan ketergantungan fertilisasi dan air. Selain itu, manusia harus menciptakan sumber makanan baru.
"Menghadapi tahun 2050, harus ada sumber makanan baru yang dihasilkan dari penerapan science fiction dan teknologi," ujar Hubert.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar